Jumat, 28 November 2008

Jahiliyah Abad 20

Muhammad Quthb, adik kandung asy-Syahid Sayyid Quthb rahimahullah, menyebut dunia modern sebagai jahiliyah abad 20 atau jahiliyah modern. Menurutnya “jahiliyah” bukan hanya keadaan di jazirah Arab pada masa awal Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam diutus. Jahiliyah merupakan sifat yang mungkin berlaku bagi masyarakat manapun di zaman kapanpun bila memenuhi setidaknya empat kriteria.

Pertama, tidak adanya iman yang sesungguhnya kepada Allah ta’aala. Yaitu, sikap yang membuktikan kesatuan antara akidah dan syariat tanpa pemisahan.


Kedua, tidak adanya pelaksanaan hukum menurut apa yang telah diturunkan Allah ta’aala, yang berarti menuruti “hawa nafsu” manusia


Ketiga, hadirnya berbagai thaghut di muka bumi yang membujuk manusia supaya tidak beribadah dan tidak taat kepada Allah ta’aala serta menolak syariat-Nya. Lalu, mengalihkan peribadatannya kepada thaghut dan hukum-hukum yang dibuat menurut nafsunya


Keempat, hadirnya sikap menjauh dari agama Allah ta’aala, sehingga penyelewengan menjurus kepada nafsu syahwat. Masyarakat itu tidak melarang dan tidak merasa berkepentingan untuk melawan perbuatan asusila.


Itulah beberapa ciri menonjol setiap kejahiliyahan yang ada di muka bumi sepanjang sejarah. Semuanya muncul dari cirinya yang paling pokok, yaitu penyelewengan dari kewajiban berbakti dan menyembah Allah ta’aala sebagaimana mestinya.


Orang yang paling cerdas ialah barangsiapa yang menghitung-hitung/evaluasi/introspeksi (‘amal-perbuatan) dirinya dan ber’amal untuk kehidupan setelah kematian. Dan orang yang paling lemah ialah barangsiapa yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan (diampuni) Allah ta’aala.” (At-Tirmidzi 8/499)


( Dari : berbagai sumber )



Kamis, 20 November 2008

Curhat Ibunda

Beberapa waktu yang lalu saya didatangi seorang ibu yang lebih kurang berusia 65 tahun dan curhat kepada saya. Sambil berurai air mata ia menceritakan bahwa anak anaknya ternyata tidak sependapat dengan dirinya, apalagi pada saat itu ia baru kehilangan anak laki laki satu satunya yang jadi tumpuan harapannya, meninggal dunia akibat komplikasi penyakit. Anaknya yang sudah meninggal ini sangat berbakti pada dirinya dan apapun keinginan si ibu selalu dipenuhinya. Ia menceritakan ingin ziarah kubur kemakam anaknya dan ia ingin membawa bunga untuk kuburan anaknya. Jawaban anak anaknya sangatlah membuat ia sakit karena ada penolakan dari anak anak bahwa ia dilarang membawa bunga dalam agama Islam.

Hatiku tersentuh ketika ibu itu menangis tersedu sedu sambil menatap padaku.
Tidak ada larangan untuk membawa bunga apalagi ibu wujudkan sebagai tanda cinta kasih dan sayang kepada ananda. Dalam kehidupan nyata bungapun simbol kasih sayang dan perdamaian sesama ummat manusia di dunia.

Ibu itu langsung tersenyum manis ketika saya memberitahu hal tersebut dan ada setitik cerah diwajahnya serta iapun langsung memeluk saya dan berkata bahwa ia seperti kembali menemukan anaknya yang sudah tiada.