Minggu, 01 Mei 2011

Kenapa Selalu Anak Yang Durhaka

Saya terinspirasi menuliskan judul di atas setelah melihat langsung kejadian beberapa hari lalu .

Keheningan kediamanku selama ini kemudian terusik dari teriakan seorang anak kecil yang meminta ampun berkali-kali. Tak ayalpun kucoba untuk memperhatikan asal suara anak kecil tersebut. Di ujung jendela terlihat seorang ibu memukul anak kandungnya berkali-kali dengan sebilah kayu panjang. Salah satu tangan Ibu tersebut memegang tangan dari si anak mencegahnya untuk melarikan diri, sementara tangan yang satunya tak henti-hentinya melayangkan pukulan keras ke sekujur tubuh anaknya. Teriakan ampun yang terlontar setiap kali bilah kayu itu mengenai tubuh mungilnya, tidak mampu meredam kemarahan sang ibu….

Hening,,,Kelu,,,Sontak seakan-akan waktu di sekitarku terhenti sejenak…

Mataku nanar menyaksikan peristiwa itu…

Tubuhku bergetar kaget setiap kali si ibu melayangkan pukulan kerasnya ke tubuh si anak…

Si Ibu tak henti-hentinya menghujat si anak dengan kata “NAKAL” …

Setiap kali si anak meminta ampun setiap kali pula si ibu memukulnya dengan ayunan yang jauh lebih keras….

Astagfirullah….

Kenapa SELALU Anak yang Durhaka?

Teringat kembali peristiwa beberapa tahun yang lalu saat kumulai mempertanyakan kalimat di atas…Kenapa SELALU anak yang durhaka?

Bukankah Allah Maha Adil…Bukankah setiap kejahatan akan diberi sanksi dosa???

Apakah Hak Orang Tua yang kemudian Melahirkan dan Mengasuh menjadi sebuah PEMBENARAN kalau setiap kesalahan ataupun konflik yang terjadi dalam keluarga membuat si anak SELALU menjadi yang Durhaka?

Diriku yang masih begitu mudanya kala itu tak mampu menemukan jawaban yang logis tentang pertanyaan tersebut…Sebuah masa SMU yang hanya mampu mempertanyakan dan merasa kejanggalan. Kuingat suatu ketika kucoba untuk memberanikan diri untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang selama ini menghiasi benakku. Kuberanikan diriku memasuki rungan Kepala Perpustakaan SMU dulu tempatku sekolah. Ini karena rasa ketidakpuasan setelah mencari literatur di perpustakaan sekolah, tak ada satu tulisanpun yang mampu menjawab kejanggalan yang kurasakan di fikiranku.

Sebuah Harapan pun muncul ketika, kumemasuki secara diam-diam ruangan kepala Perpustakaan. Kucoba melihat beberapa koleksi buku pribadinya…

Ada sebuah buku yang sangat menarik perhatianku saat itu. Judulnya adalah ” Dosa Orang Tua terhadap Anak”

Buku itu kemudian memberikan setitik cahaya terang terhadap kejanggalan yang kurasakan. Segala Doktrin tentang kata “DURHAKA” sedikit -demi sedikit mulai tercerahkan…

Hari ini pun AKU mempertanyakan kembali hal tersebut…Kenapa SELALU Anak yang Durhaka???

Tanpa mengurangi rasa hormatku yang begitu mendalam kepada semua orang tua yang ada di jagad raya ini.

Ada kejanggalan ketika terjadi konflik dalam rumah tangga, Si Anak yang selalu menjadi pelaku “DURHAKA”…

Saya hanya ingin sekedar membuka hati-hati kita saudara….

Ada sebuah pemakluman dari sebagian besar masyarakat kalau “pendiam” itu adalah sabar dan “aktif” itu adalah nakal. Setiap kali terjadi perbedaan pendapat antara Orang tua dan Anak,,,kemudian si Anak pun akan selalu terbantahkan HANYA dikarenakan Si Orang Tua selalu merasa dirinya sudah SANGAT Ahli terkait asam garam dunia kehidupan,,,

Pernyataan di atas bukan untuk menggugat orang tua,,,hanya sekedar kemudian ingin menjalin benang komunikasi yang selama ini terputus.

Seorang anak dilahirkan ke dunia ini dengan begitu banyak kelebihan yang dimilikinya daripada semua Mahluk ciptaan Allah. Dengan kebesaran-Nya, Allahpun menciptakan si anak dengan berbagai macam kepribadian dan sifat. Ada yang ceria, ada yang pendiam, ada yang sederhana dan lain-lainnya. Sebuah kesyukuran besar yang perlu dipanjatkan karena penciptaan manusia dengan berbeda untuk membuat dunia ini menjadi lebih indah dan seimbang.

Seorang anak adalah anugerah terindah dalam sebuah pernikahan. Tanggung jawab orang tualah yang harus mendidik dan memberikan warna bagi dirinya kelak. Namun, terkadang beberapa orang tua memaksakan si anak untuk dewasa sebelum waktunya. Bahkan seakan ingin mengubahnya menjadi “robot” orang tua. Terlalu over protektif, sering juga terlalu memudahkan..

Saat pembicaraan orang tua melihat perkembangan anak yang menurut segala kemauan orang tua, melihat si anak kemudian jarang berbicara dan bersifat pasif,,,itupun segera diacungi jempol sebagai anak yang sabar. Disisi lain saat ada anak yang hyper aktif, kemana-mana kerjaannya melompat dan berteriak, itupun segera di tandai sebagai anak yang nakal….

Entah apakah kebanyakan orang tua pernah membaca cerita nyata seorang Psikolog anak yang juga penulis bermana Torey Hayden, terlalu banyak ia memaparkan kondisi psikologis anak yang sering dipuji sebagai “anak sabar” ternyata lebih cenderung memiliki sifat Psikopat. Entah apakah para orang tua pernah menyempatkan diri mereka untuk membaca sejarah nyata para pembesar dan orang-orang hebat di dunia ini, rata-rata mereka di cap nakal sewaktu kecil dan mereka adalah anak-anak yang berbeda dari kebanyakan anak-anak lain.

Terlalu mudah bagi sebagian orang tua untuk mencap anak sebagai “nakal” saat anak mulai memberontak. Pernahkah terfikir ketika orang tua mulai sering tidak jujur pada hal kecil kepada anak, si anakpun akan mulai belajar untuk menjadi pembohong. Atau saat orang tua sudah terlalu sering berkata-kata kasar kepada anak dengan semua larangan-larangan dan petuahnya, kemungkinan besar si anak akan belajar memaki.

Jadi sebenarnya sangat sederhana untuk memaknai kata ” Durhaka”, sepenuhnya tidak berada pada sisi anak. Terkadang “durhaka” itu tanpa sengaja diciptakan sendiri oleh orang tua dengan proses didikan mereka terhadap anak. Bukankah adil ketika Allah mengatakan bahwa di akhirat nanti si ayah akan ditagih tanggung jawabnya atas didikan dan bentukan anaknya ketika di dunia.


( Dari sebuah sumber )

Tidak ada komentar: